BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang masalah
Seni merupakan istilah yang identik dengan
keindahan, kesenangan, dan rekreasi. Saat kita mendengar kata seni maka yang
mungkin muncul dalam benak kita adalah suatu karya seni entah berupa benda,
musik, bangunan, lukisan atau benda-benda indah lainnya yang dihasilkan oleh
seorang seniman yang tentunya sangat berbakat dan memiliki kreativitas yang
tinggi. Seni memiliki beberapa fungsi
antara lain fungsi religi, fungsi komunikasi, fungsi rekreasi atau hiburan,
fungsi artistic, fungsi guna, dan fungsi terapi atau kesehatan.[1]
Melihat
banyaknya fungsi seni, maka
seni mulai dikembangkan dan dimasukkan dalam bidang pendidikan, baik tingkat SMA, SMP dan juga SD/MI.
Ditingkat SD/MI terdapat berbagai macam materi atau pelajaran seni yang telah
ditetapkan pemerintah sesuai kurikulum. Diantara materi seni di SD/MI yaitu
pola irama pada lagu anak dan teknik potong, lipat dan sambung.
Pentingnya pola irama bagi anak karena
mengamati perkembangan jiwa anak. setiap lagu yang cocok untuk setiap usia itu ditinjau dari segi melodi, harmoni, ritme, maupun syair
lagunya harus dinyanyikan oleh seorang anak. oleh sebab itu pola irama pada
lagu anak seharusnya diajarkan dengan sungguh-sungguh agar anak dapat
membawakan lagu dengan sedemikian rupa.
Adapun fungsi dari teknik lipat, potong dan sambung
bagi anak adalah untuk mengasang kreativitas anak. Ini pun dapat
mengembangkan dan mengasah kognitif dan
motorik anak. anak akan dilatih menggerakkan otot tangan mereka dalan
pembelajaran teknik ini.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana pola irama pada lagu anak?
2.
Bagaimana teknik potong, lipat dan sambung dalam
berkarya dan pembuatan karya?
3.
Bagaimana bentuk geometris dengan teknik potong, lipat
dan sambung?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Bagaimana pola irama pada lagu anak?
2.
Bagaimana teknik potong, lipat dan sambung dalam
berkarya dan pembuatan karya?
3.
Bagaimana bentuk geometris dengan teknik potong, lipat
dan sambung?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pola Irama Pada
Lagu Anak
Lagu merupakan
suatu bentuk musik. Lagu tidak dapat dipisahkan dengan musik, lagu dan musik merupakan suatu kesatuan yang apabila digabungkan akan tercipta sebuah karya seni yang indah. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
lagu adalah suara berirama yang dipadukan dengan ritme-ritme tertentu dalam
irama sehingga akan memunculkan suatu gejala emosi bagi pendengarnya.
Berdasarkan hasil wawancara penulis menemukan beberapa persepsi dari siswa.
Diantaranya siswa tertarik dengan beberapa lagu yang mempunyai beragam ciri. Bisa dikatakan dalam satu motif terdapat
kalimat tanya/jawab.[2]
Irama adalah
ketukan secara teratur. Dalam lagu ada bermacam-macam irama, diantaranya:
1.
Lagu Berirama
Dua (2/2)
Lagu berirama dua, artinya tiap birama terdiri
atas 2 ketukan. Ketukan pertama kuat dan ketukan kedua lemah. Lagu yang berirama
dua, misalnya 17 Agustus, dan Lagu Jawa Tukong-Tukong, Ampar-Ampar Pisang,Cicak, potong bebekangsa, naik delman,
bermain tepuk tangan, Menanam jagung, bunda piaraku, dll.
2.
Lagu Berirama
Tiga (3/4)
Dalam Lagu
berirama tiga, tiap lagu terdiri atas 3 ketukan. Ketukan pertama kuat,
ketukan kedua dan ketiga lemah. Lagu yang berirama tiga, misalnya Naik-Naik
Kepuncak Gunung, Burung Tantina, dan Samelia Gadis Kecil, Cemara, Burung kakatua, tamanku, Bunga nusa
indah, Topi Bundar, terima Kasihku,dll.
3.
Lagu Berirama
Empat (4/4)
Pada lagu berirama 4 (4/4), tiap birama terdiri
atas 4 ketukan. Ketukan pertama kuat, ketukan ketiga agak kuat, ketukan kedua
dan empat lemah. Lagu-lagu yang berirama empat (4/4), Indonesia Raya,
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Garuda Pancasila, dan Dari Sabang Sampai Merauke, Kebunku, pelangi, bintang kejora, bintang
kecil, kasih ibu, ambilkan bulan, burung kutilang, dll.[3]
4.
Lagu Berirama
Enam (6/8)
Birama 6/8, artinya tiap birama terdiri atas
enam ketukan. Lagu yang menggunakan birama ini,contohnya Naik-Naik ke Puncak Gunung dari Maluku, dll,
Ritme atau
irama adalah gerak nada yang teratur mengalir karena munculnya aksen secara
tetap. Keindahan irama akan lebih terasa karena adanya jalinan perbedaan nilai
dari satuan bunyi. Ritme merupakan aliran ketukan dasar yang teraturmengikuti
beberapa variasi gerak melodi. Ritme dapat kita rasakan dengan cara
mendengarkan sebuah lagu secara berulang-ulang.[4]
Adapun dalam karakteristik musikal lagu anak harus mempertimbangkan
hal-hal yang berkaitan dengan lagu anak di antaranya:
1. Melodinya mudah diingat dan menarik untuk
dinyanyikan sekalipun tanpa kata-kata.
2. Irama nyanyiannya tegas dan mudah diingat.
3. Liriknya selaras dengan alur melodi.
4. Pesan dan perasaan isi lirik cocok dengan
karakter musik.
5. Lirik dapat bersifat sebagai hiburan,
permainan ataupun patriotis, tetapi biasanya tidak diajarkan secara tertulis,
dan
6. Ambitusnya menyenangkan untuk dinyanyikan
oleh semua suara anak.[5]
Jadi, Pola irama pada lagu anak terbagi menjadi empat irama diantaranya lagu berirama dua (2/2), lagu berirama tiga
(3/4), lagu berirama empat(4/4), dan lagu berirama enam (6/8).
Birama atau Irama adalah ketukan atau hitungan
yang teratur dalam nada untuk menciptakan suatu keindahan pada sebuah lagu.
Setiap lagu yang di ciptakan itu sudah memiliki pola iramanya. Untuk
menyanyikan setiap lagu, maka harus paham dan tahu pola-pola irama yang ada
pada lagu tersebut, supaya saat menyanyikan sebuah lagu tercipta keindahan
suara pada ketukan yang pas dan enak didengar telinga.
B. Teknik
Potong, Lipat dan Sambung dalam Berkarya Dan Pembuatan Karya
Melipat dalam arsitektur memiliki makna yang
lebih mendalam dan rumit daripada hanya sekedar mengucapkan istilah “folding”
ataupun mencoba membuat lipatan dari kertas.“ Folding” dapat berupa
sebuah atau serangkaian perlakuan pada sebuah benda (biasanya kertas) yang
mengakibatkan perubahan bentuk, permukaan, makna pada benda tersebut.
Biasanya perlakuan yang diberikan pada sebuah
kertas dalam rangka mem-“folding” kertas tersebut adalah “fold,
pleat, crease, press, score, cut,pull up, pull down, rotate, twist, turn, wrap,
enfold, pierce, hing, knot, weave, compress,balance, unfold”. Beberapa dari
kata tersebut sama-sama memiliki arti ‘lipat’ dalam kamus Inggris-Indonesia
namun sebenarnya ‘lipat’ yang dimaksud adalah cara ‘lipat’ yang berbeda.
Berbeda dengan origami, dua buah proses“folding” bisa saja memiliki
tahap yang sama, tetapi menghasilkan bentuk yang berbeda.
Hal ini terjadi karena proses dalam “folding”
tidak memiliki aturan tertentu dalam mengerjakannya. Misalnya, “fold”:
bisa berarti melipat di tengah-tengah kertas, atau melipat di ujungnya saja,
atau melipat di seperempat bagian kertas, dan sebagainya. Kesimpulan sementara adalah origami
bisa jadi termasuk bagian dari “folding”, bagian yang lebih terdefinisi.
Melipat pada hakekatnya merupakan keterampilan
tangan untuk menciptakan bentuk-bentuk tertentu tanpa menggunakan bahan perekat
lem serta ketelitian ini membutuhkan keterampilan koordinasi tangan, ketelitian
dan kerapian, didalam kegiatan melipat jika disajikan dengan minat anak yang
akan memberikan keasikan dan kegembiraan serta kepuasan bagi anak.
Seni melipat bagian dari origami. Menurut kamus
webster’s Third New International (seperti yang dikutip Isao Honda, 1965)
origami merupakan seni melipat kertas dari Jepang atau sesuatu (menampilkan
bentuk dari burung, serangga, dan bunga) yang dihasilkan dari seni melipat
kertas.
Hira Karmachela (2008) berpendapat bahwa kata
origami berasal dari bahasa Jepang yakni dari kata oru yang berarti melipat dan
kami berarti kertas.Ketika kedua kata digabungkan ada sedikit perubahan namun
tidak mengubah artinya, yakni dari kata kami menjadi gami sehingga bukan
orikami tetapi origami maksudnya adalah melipat kertas. Sedangkan menurut Dr
Sumanto, (2006) melipat atau origami adalah suatu teknik berkarya seni/
kerajinan tangan yang umumnya dibuat dari bahan kertas dengan tujuan untuk
menghasilkan aneka bentuk main, hiasan, benda fungsional, alat peraga dan kreasi
lainnya.
Berkaitan dengan kegiatan melipat Hira
Karmachela berpendapat (20081), Seni melipat kertas ini merupakan seni yang
sangat cocok bagi anak karena origami melatih keterampilan tangan anak.Juga
kerapian dalam berkreasi. Selain itu anak akan terbiasa untuk menciptakan hal
baru atau inovasi. Melipat kertas adalah sesuatu yang sangat menyenangkan bagi
anak karena dapat dibuat apa saja, mulai dari kegiatan melipat yang sederhana
seperti bentuk segi tiga, segi empat, kemudian bentuk yang agak sulit. Gerak
yang dilatih dari kegiatan melipat ini adalah bagaimana anak melipat dan
menekan lipatan-lipatan itu karena kegiatan ini akan memperkuat otot-otot
telapak dan jari tangan anak.
Melipat kertas adalah aktivitas seni yang mudah
dibuat dan menyenangkan.Diantara perannya adalah sebagai aktivitas untuk
mengisi waktu luang dan media pengajaran dan komunikasi dengan anak karena
biasa dilakukan secara bersama-sama.Selain itu melipat kertas juga sangat
fungsional untuk anak dan aktivitas ini memiliki fungsi melatih motorik halus
dalam masa perkembangannya.
Berdasarkan wawancara dengan seniman origami di
Indonesia khususnya di kota Bandung yang bernama Maya Hirai, menjelaskan bahwa
origami adalah seni melipat kertas yang menghasilkan semua bentuk yang ada di
alam berdasarkan imajinasi.
Teknik pada bentuk melipat origami
bermacam-macam diantaranya : Pleat
Intersection adalah salah satu konsepdasar dari origami.
Bentuk dari Pleat Intersection bisa berupa segitiga-segitiga, persegi, segi enam. Bentuk
ini nantinya akan dikembangkanmenjadi bentuk lain yang lebih menarik. 120
derajat Pleat Intersectionmerupakan bentuk yang sederhana.
Pola berulang-ulang ini disebut dengan istilah Tessellations. 3 Pola Tessellations dasar yang
biasa digunakan adalah Segitiga sama sisi, Persegi, Segi enam. Dalam membuat model Origami langkah pertama yang diambil adalah membuat pola dasar yang
tadi dan dilanjutkan dengan membentuk lipatan-lipatan kompleks.[6]
Contoh teknik melipat
dalam membuat karya seni
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Teknik
potong adalah teknik dengan cara
memotong atau memisahkan bahan menjadi dua bagian atau lebih dalam membentuk
benda kerajinan. Alat yang di gunakan
dalam teknik potong adalah cutter, gunting, pisau, gergaji, tiang, tape dispenser.
Adapun teknik-tekniknta dengan cara digunting, disayat, di cacah-cacah,
dibelah, dipotong, diraut, digergaji, disobek, diiris.
Contoh
teknik potong dalam membuat karya seni
![]() |
Teknik sambung
adalah teknik dengan cara menyatukan/menggabungkan bahan dari dua bagian atau
lebih menjadi satu dalam membentuk benda kerajinan. Alat yang digunakan dalam
Teknik sambung biasanya, jarum, mesin jahit, pistol lem, staples, palu, alat
las, soldier, obeng. Adapun cara yang digunakan dalam menyambung bisa dengan
dilem/ direkatkan, di staples, di soldier, dipalu, di sekrup, di las, diikat,
dijahit, diayam.[7]

Jadi, Ada Beberapa macam Teknik dalam berkaya
seni, antara lain, teknik melipat, teknik memotong dan teknik menyambung. Teknik melipat merupakan teknik yang biasanya
teknik yang sederhana yang pertama diajarkan kepada anak-anak.teknik ini
merupakan suatu keterampilan yang biasanya di bentuk dari kertas. Hasilnya pun
juga sederhana, seperti kapal, pesawat, bunga, dan lainnya. Teknik potong adalah teknik memisahkan satu
bahan untuk dijadikan suatu karya yang lebih bagus, menarik dan unik lagi sama
halnya dengan tekniksambung adalah Tahap-tahap dalam pembuatan benda kerajinan
dengan teknik menyambungkan suatu benda dengan alat dan bahan yang telah
disiapkan untuk menciptakan, mengolah atau merenovasi suatu karya seni.
C.
Bentuk Geometris dengan Teknik Potong, Lipat dan Sambung
Kata geometri
berasal dari bahasa yunani yaitu geo yang artinya bumi dan metro yang
artinya mengukur, maksudnya mencakup
mengukur segala sesuatu yang ada di bumi
(dalam Fauzia, 2013).
Menurut Bird (2002), adalah
bagian dari matematika yang membahas mengenai titik, garis, bidang dan
ruang. Suyanto (2005), menyatakan bahwa geometri yaitu mengenal bentuk
luas, volume dan mempunyai sisi panjang
dan luas.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa geometri merupakan suatu ilmu didalam sistem matematika
yang didalamnya mempelajari garis, ruang dan volume yang bersifat abstrak dan
berkaitan satu sama lain, mempunyai garis dan titik sehingga menjadi sebuah
simbol seperti bentuk persegi, segitiga, lingkaran dan lain-lain.[8]
Seni melipat ini memiliki tingkat kesulitan yang bervariasi,
dimulai dari melipat kertas dengan mudah hingga sampai tingkat kesulitan yang
tinggi. Melipat kertas memang hal yang menyenangkan, tetapi kadang ketika kita
membuka kembali lipatan kertas yang telah kita bentuk dan melihat hasil lipatan
yang terkesan sudah rusak kadang kia hanya melihat kertas tersebut sebagai
sebuah kertas yang sudah tidak berguna, karena tidak menghasilkan bentuk utuh
yang cantik, tapi kalau kita perhatikan lagi mungkin hal ini kadang terlewat
dari penglihatan kita, atau pernah kita lihat tetapi hal tersebut tidak begitu
menarik perhatian dan dilewatkan begitu saja. Perhatikan bahwa garis-garis
lipatan tersebut pasti akan menghasilkan bentuk-bentuk geometri yang indah dan
bervariasi. Seni melipat memanfaatkan bentuk geometri dan akan menghasilkan
suatu komposisi bentuk yang bermacam-macam di dalamnya,
Seni melipat kertas menjadi sangat menarik, karena semua kertas
yang telah dilipat dan bertujuan untuk menghasilkan bentuk akan menghasilkan
bentuk-bentuk geometri di dalamnya secara tidak sengaja. Yang mengesankan
adalah, hasil lipatan akan mengalami pengulangan bentuk di berbagai sisi,
seakan-akan ia melakukan refleksi kepada bagiannya yang lain dan menurut saya
hal tersebut merupakan fenomena pembentukan komposisi yang menarik. Mencoba
beberapa bentuk untuk melihat kembali komposisi seperti apa yang diciptakan
oleh lipatan-lipatan kertas ini, dan ukuran masing-masing garis yang dihasilkan
oleh kertas ini juga ternyata memiliki proporsi yang berbeda-beda namun tetap
dalam satu kesatuan yang utuh.Kemunculan komposisi dan proporsi pada garis di
atas bidang datar ini tidak dibuat dengan sengaja. Tapi ini adalah hasil dari
proses berfikir untuk mewujudkan benda tiga dimensi yang lain. Yang menakjubkan
bagi saya adalah, ternyata dari sesuatu yang tidak direncanakan (tanpa harus
mengukur dan menghitung proporsi satu sama lain) kita dapat menghadirkan
komposisi indah yang tidak terduga, dalam kasus ini adalah hanya dengan cara
melipat kertas.[9]
Geometri adalah cara
untuk mengenalkan anak pada bentuk dasar geometri dan dimana anak diminta untuk
mencari perbedaan dan kesamaan pada bentuk benda tersebut.
Kemampuan mengenal
bentuk geometri pada anak usia dini adalah kemampuan anak mengenal, menunjuk,
menyebutkan serta mengumpulkan benda-benda di sekitar berdasarkan bentuk
geometri seperti lingkaran, segi empat dan segitiga.
Berdasarkan kesimpulannya bahwa dalam bermain puzzle
dengan kemampuan mengenal bentuk geometri memiliki hubungan karena dalam bermain
puzzle anak dapat mengenal bentuk-bentuk geometri dan di puzzle tersebut
memiliki potongan-potongan geometri seperti lingkaran, segi empat dan segitiga.[10]
Jadi, dengan permainan puzzle ini anak dapat
mempelajari dan guru dapat pengelaman bagi anak melalui teknik memotong dan
sambung dapat menciptakan bentuk geometri. Anak juga memperlajari teknik
memotong dengan mengguntung dan teknik menyambung dengan menyambung bagian
bagian dari bentuk geometri yang mereka buat dengan cara memotong dan menyusun
juga menyambung dengan alat dan bahan yang diperlukan kembali seperti semula.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Adapun simpulan dari
makalah kami ini yaitu:
1.
Pola irama pada
lagu anak terbagi menjadi empat irama diantaranya lagu berirama dua (2/2), lagu berirama tiga
(3/4), lagu berirama empat(4/4), dan lagu berirama enam (6/8).
2.
Teknik potong ialah teknik dengan cara memotong atau memisahkan bahan menjadi dua
bagian atau lebih dalam membentuk benda kerajinan. Teknik lipat ialah keterampilan
tangan untuk menciptakan bentuk-bentuk tertentu tanpa menggunakan bahan perekat
lem serta ketelitian. Teknik sambung ialah teknik
dengan cara menyatukan/menggabungkan bahan dari dua bagian atau lebih menjadi
satu dalam membentuk benda kerajinan.
3.
Garis-garis
lipatan menghasilkan bentuk-bentuk geometri yang indah dan bervariasi. Seni
melipat memanfaatkan bentuk geometri dan akan menghasilkan suatu komposisi
bentuk yang bermacam-macam di dalamnya. Sedangkan seni potong dan sambung dapat menggunakan
permainan puzzle untuk membentuk geometri.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maqassary,
Ardi. 2016. Pengertian Origami. Tanpa
Tempat Terbit dan Penerbit
Barmin, Et.al. 2007. Seni dan
Keterampilan Untuk Kelas III SD dan MI. Solo, PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Komposisi Garis Pada Seni Melipat Kertas, https://geometryarchitecture.wordpress.com/2013/03/27/komposisi-garis-pada-seni-melipat-kertas.
Latifah,
Erwinda, Kerajinan Teknik Potong,
Sambung, Dan Kontruksi,
Suhaya. 2016. Pendidikan Seni Sebagai
Penunjang Kreatifitas.Tanpa
kota: FKIP Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa
Tyasrinestu,
Fortunata. 2014.Lirik Musikal pada Lagu Anak Berbahasa Indonesia.Yogyakarta,
Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia.
Wicaksono, Refi, Et.al. 2017. Daya Tarik Lagu
Bagi Anak Usia Dini: Studi Kasus Di Tk Pertiwii Singodutan. Semarang, tanpa penerbit.
Ridwan. 2016. Pembelajaran
Seni Musik Tematik Sebagai Implementasi Kurikulum 2013. Tanpa Tempat Terbit dan Penerbit.
Elok Rahayu, Rika. 2016. Mengembangkan
Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Melalui Permainan Melompat Bentuk Dikelompok
A TK Dharma Wanita I Pangung Duwet Kademangan. Kediri: Tanpa Penerbit.
Patmawati,
Renia. 2016. Hubungan Bermain Puzzle Dengan Kemampuan Mengenal Bentuk
Geometri Pada Anak Usia 3-4 Tahun Di TK Dharma Wanita Persatuan (Bandar Lampung: Tanpa Penerbit.
[1]Suhaya, Pendidikan Seni Sebagai Penunjang Kreatifitas, Jurnal (Tanpa
kota: FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2016), Vol 1, Hal 2.
[2]Refi Yunanda Wicaksono dan Udi Utomo,Daya Tarik Lagu
Bagi Anak Usia Dini: Studi Kasus Di Tk Pertiwii Singodutan, WONOGIRI, (Semarang:
tanpa penerbit, 2017), hal. 94
[3]Barmin dan Eko
Wijiono, Seni dan Keterampilan Untuk Kelas III SD dan MI (Solo:
PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007), hal.37
[4]Ridwan, Pembelajaran Seni Musik Tematik Sebagai
Implementasi Kurikulum 2013 (Tanpa Tempat Terbit dan Penerbit, 2016), hal.
24
[5]Fortunata Tyasrinestu, Lirik Musikal pada Lagu Anak Berbahasa
Indonesia,Jurnal, (Yogyakarta : Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni
Indonesia, 2014), Vol 15, Hal 164.
[6] Ardi
Al-Maqassary, Pengertian Origami (Tanpa Tempat Terbit dan
Penerbit, 2016)
[7]Erwinda Latifah, Kerajinan Teknik Potong, Sambung, Dan Kontruksi, https://wandayundablog.wordpress.com/2015/02/10/kerajinan-teknik-potong-sambung-dan
kontruksi/ di unduh pada tanggal 16 Februari 2018 pukul 06.00 PM
[8]Rika Elok Rahayu, Mengembangkan
Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Melalui Permainan Melompat Bentuk Dikelompok
A TK Dharma Wanita I Pangung Duwet Kademangan (Kediri: Tanpa Penerbut, 2016) h.5-6
[9]Komposisi Garis Pada Seni Melipat Kertas, https://geometryarchitecture.wordpress.com/2013/03/27/komposisi-garis-pada-seni-melipat-kertas.
/di unduh pada tanggal 16 Febuari 2016 pukul 09.39 PM
[10]Renia Patmawati, Hubungan Bermain
Puzzle Dengan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Pada Anak Usia 3-4 Tahun Di TK
Dharma Wanita Persatuan (Bandar Lampung: Tanpa
Penerbit, 2016), h. 37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar