MAKALAH
KEDUDUKAN DAN PERAN PENDIDIKAN SENI DALAM
SISTEM DAN KURIKULUM PENDIDIKAN
Dosen Pembimbing: Hikmatu Ruwaida,M.Pd
Disusun Oleh:
DITA
JURUSAN PENDIDIKAN MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN
STIQ AMUNTAI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Seorang guru profesional telah mengikuti beberapa pelatihan yang berkaitan
dengan keterampilan dasar mengajar. Dalam keterampilan dasar mengajar tersebut
ada 8 keterampilan yang dapat digunakan guru selama proses belajar mengajar
yaitu; keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan
mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup
pelajaran, ketrampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan
mengelola kelas, ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.
Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia
ingin menjadi seorang guru yang profesional, jadi disamping dia harus menguasai
substansi bidang studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah
merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dia dalam proses belajar
mengajar.
Dengan perkembangan teknologi yang akhir-akhir semakin pesat, seorang guru
dituntut untuk lebih menambah kualitas ilmu dengan banyak belajar dari berbagai
sumber ilmu yang dimiliki oleh guru harus diajarkan kepada siswa dengan
keterampilan mengajar yang baik. Selain pengetahuan ilmu yang harus ditambah,
guru juga penting menguasai beberapa keterampilan mengajar, karena betapapun
tingginya ilmu yang dimiliki oleh seorang guru itu, jika tidak menguasai
keterampilan mengajar, maka akan sulit bagi seorang siswa menyerap ilmu yang
diberikan oleh guru terseb ut. Pada kenyataannya dewasa ini banyak para guru
yang mengajar dengan pola tradisional dan mengabaikan keterampilan-keterampilan
yang sangat mendasar ini.
Salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang guru adalah
ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Dalam kelompok kecil maupun
perorangan akan terjadi hubungan interpersonal yang sehat dan akrab antara
guru-siswa, maupun antara siswa dan siswa.
Dalam hal ini kami berusaha menjelaskan pembahasan tentang keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perorangan. Hal ini dimaksudkan agar para guru
dapat bekerja dengan professional sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan
di Indonesia.
- Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara
mengelola kelas ?
2. Apa saja komponen dalam
keterampilan dalam mengelola kelas ?
3. Apa saja hal-hal yang
harus dihindari dalam pengelolaan kelas ?
4. Apa maksud keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil dan perorangan ?
5. Apa saja kelebihan dan
kelemahan dalam mengajar kelompok kecil dan Perorangan ?
- Tujuan
1. Mengetahui Bagaimana cara mengelola kelas ?
2. Mengetahui komponen
dalam keterampilan mengelola kelas
3. Mengetahui hal-hal yang
harus di hindari dalam pengelolaan kelas
4. Mengetahui keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil dan perorangan
5. Mengetahui kelebihan
dan kelemahan dakam mengajar kelompo kecil dan perorangan.
BAB II
PEMBAHASAN
- Keterampilan Mengelola Kelas (Class
Room Management)
Pengelolaan
kelas ditinjau dari paham lama dan paham baru adalah sebagai berikut:
Paham lama : pengelolaan
kelas ialah memepertahankan ketertiban kelas.
Paham baru : pengelolaan
kelas ialah proses seleksi dan menggunakan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi pengelolaan
kelas. Guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem/organisasi
kelas. Sehingga individu dapat memanfaatkan kemampuannya, bakatnya, dan energinya
pada tugas-tugas individual.[1]
Tugas guru di
dalam kelas sebagian besar adalah membelajarkan peserta didik dengan
menyelidiki kondisi belajar yang optimal. Kondisi belajar yang optimal dapat
dicapai jika guru mampu mengatur peserta didik dan sasaran pembelajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Peraturan yang berkaitan dengan penyampaian pesan pengajaran
(instruksional) atau dapat pula berkaitan dengan penyediaan kondisi belajar
(pengelolaan kelas). Bila peraturan kondisi dapat dikerjakan secara optimal, maka
proses belajar berlangsung secara optimal pula, tetapi bila tidak dapat
disediakan secara optimal, tentu saja akan menimbulkan gangguan terhadap
belajar mengajar.
Gangguan dapat
bersifat sementara sehingga perlu dikembalikan ke dalam iklim belajar yang
serasi (kemampuan kedisiplinan), akan tetapi gangguan dapat pula bersifat cukup
serius dan terus-menerus sehingga diperlukan kemampuan meremedial. Disiplin itu
sendiri sebenarnya merupakan akibat dari pengelolaan kelas yang efektif.
suatu kondisi
belajar yang optimal dapat terapai bila guru mampu mengatur siswa dan saran
pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang sangat menyenangkan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hubungan interpersonal yang baik antara
guru dan peserta didik. Pengelolaan yang efektif merupakan persyaratan bagi terjadinya proses pembelajaran yang
efektif.
Keterampilam
mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan ke kondisi yang optimal jika
terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan
remedial.
- Masalah Pengelolaan Kelas
Masalah
pengelolaan kelas dapat di kelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah individual
dan masalah kelompok. Mekipun seringkali perbedaan antara kedua kelompok itu
hanya merupakan perbedaan tekanan saja. Tindakan pengelolaan kelas seorang guru
akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah
yang sedang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi
penanggulangan yang tepat pula.
Menurut Rudolf
Dreikurs dan Pearl Cassel membedakan empat kelompok masalah pengelolaan kelas
individual yang didasarkan asumsi bahwa semua tingkah laku individu merupakan
upaya pencapaian tujuan pemenuhan keputusan untuk untuk diterima kelompok dan
kebutuhan untuk mencapai harga diri. Bila kebutuhan-kebutuhan ini tidak lagi
dapat dipenuhi melalui cara-cara lain. Dengan kata lain, dia akan berbuat
“tidak baik”. Perbuatan-perbuatan untuk mencapai tujuan dengan cara yang
asosial sebagai berikut :
- Tingkah laku yang ingin mendapatkan orang
lain (attention getting behaviors). Misalnya membadut di kelas
(aktif), atau dengan membuat serba lamban sehingga perlu mendapat
pertolongan eksytra (pasif).
- Tingkah laku yang ingin menunjukkan
kekuatan (power seeking behaviors). Misalnya selalu mendebat atau
kehilangan kendali emosional-marah,menangis (aktif), atau selalu “lupa”
pada aturan-aturan penting di kelas.
- Tingkah laku yang bertujuan menyakiti
orang lain (revenge seeking behaviors). Misalnya menyakiti orang
lain seperti mengantai, memukul, mengigit, dan sebagainya (sekelompok ini
tampaknya kebanyakan dalam bentuk aktif/pasi).
- Peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam
bentuk sma sekali menolak untuk mencoba melakukan apapun karena yakin
bahwa hanya kegiatan yang menjadi bagiannya.
Dreikurs dan
Cassel menyarankan sebagai berikut apabila seorang guru merasa terganggu oleh
perbuatan seorang peserta didik, maka kemungkinan peserta didik yang bersangkutan
ada pada tahap attention-getting. Bila guru merasa tersinggung atau
terluka hati, maka kemungkinan pelakunya ada pada tahap revengeve-seeking.
Dan akirnya, bila guru merasa bener-bener tidak mampu berbuat apa-apa lagi
dalam menghadapi tingkah laku peserta didik , maka kemungkinan yang dihadapinya
adalah perasaan ketidakmampuan.
Lois V. Johnson dan Mary A. Bany mengemukakan enam kategori masalah
kelompok dalam pengelolaan kelas sebagai berikut :
- Kelas kurang kohesif. Misalnya perbedaan
kelas kelamin, suku, dan tingkatan sosial-ekonomi, dan sebagainya.
- Kelas mereaksi negatif terhadap salah
seorang anggotanya. Misalnya mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran
seni suara menyayi dengan suara sumbang.
- “Membesarkan” hati anggota kelas yang
justru melanggar norma kelompok. Misalnya pemberian semangat kepada badut
kelas.
- Kelompok cenderung mudah dialihkan
perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
- Semangat kerja rendah. Misalnya semacam
aksi protes kepada guru karena menganggap tugas yang diberikan kurang
adil.
- Kelas kurang mampu menyesuaikan diri
dengan keadaan baru. Misalnya gangguan jadwal atau guru kelas terpaksa
diganti sementara oleh guru lain.
Tidak perlu ditekankan lebih kuat lagi bahwa setiap macam masalah
memerlukan penanganan yang berbeda. Selanjutnya, sasaran penanganan masalh
individual adalah individu pelaku pelanggaran. Sebaliknya didalam masalah
kelompok maka tindakan korektif harus ditunjukan kepada kelompok diagnosis yang
keliru pula.
- Usaha Preventif Masalah Pengelolaan kelas
Tindakan
pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan oleh guru dalam rangka
penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung
efektif. Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan yaitu jalan
menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi emosional sehingga tersa benar
oleh peserta didik rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar. Tindakamn lain
dapat berupa tindakan korektif terhadap tingkah laku peserta didik yang
menyimpang dan merusak kondisi optimal bagi proses belajar mengajar yang sedang
berlangsung.
Deminsi
korektif dapat terbagi dua yaitu tindakan yang seharusnya segera diambil guru
pada saat terjadi gangguan 9deminsi tindakan) dan tindakan penyembuhan terhadap
tingkah laku yang menyimpang yang terlanjur terjadi agar penyimpangaan tidak
berlarut-larut. Deminsi pencegahan dapat merupakan guru dalam mengatur
lingkungan belajar, mengatur peralatan.[2]
- Penggunaan Kelas
Penggunaan
komponen dalam kelas mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
1.
Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap
tingkah laku.
2.
Membantu siswa untuk mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tata
tertib kelas, dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan, dan
bukan kemarahan.
3.
Menimbulkan rasa kewajiban melihat diri dalam tugas seta bertingkah
laku yang sesuai dengan aktivitas kelas.
- Komponen Keterampilan Mengelola Kelas
Komponen keterampilan mengelola kelas adalah sebagai berikut :
1.
Kehangatan dan keantusiasan
2.
Penggunaan bahan yang menantang akan meningkatkan gairah belajar
siswa
3.
Perlu dipertimbangkan penggunaan variasi media, gaya mengajar dan
pola interaksi
4.
Diperlukan keluwesan tingkah laku guru dalam mengubah strategi
mengajarnya untuk mencegah gangguan yang
timbul.
5.
Penekanan hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian
siswa pada hal negatif
6.
Mendorong siswa untuk mengembangkan disiplin diri sendiri dengan
cara memberi contoh dalam perbuatan guru sehari-hari.
Keterampilan mengelola kelas dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Keterampilan yang berkaitan dengan
penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.
a.
Menunjukkan sikap yang tanggap, melalui perbuatan sikap tanggap ini
siswa merasakan bahwa “guru hadir bersama mereka” dan “tahu apa yang mereka
perbuat”. Kesan ini dapat ditunjukkan dengan cara memandang kelas secara
seksama, gerak mendekati, memberikan pertanyaan, dan memberi reaksi terhadap
gangguan serta kekacawan siswa.
b.
Membagi perhatian; pengelolaan kelas yang efektif ditandai dengan
pembagian perhatian yang efektif pula. Perbuatan membagian perhatian dapat
dikerjakan secara visual dan verbal. Memusatkan perhatian kelompok perbuatan
ini penting untuk mempertahankan perhatian siswa dari waktu ke waktu dan dapat
dilaksanakan dengan cara menyiagakan siswa, menuntut tanggung jawab siswa.
c.
Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas.
d.
Menegur. Teguran verbal yang efektif harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut;
1)
Tegas, jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu dan tingkah laku
yang dihentikan
2)
Menghindari peringatan yang
kasar atau yang mengandung penghinaan
3)
Menghindari ocehan yang berkepanjangan.
e.
Memberi penguatan; pemberi penguatan dapat dilakakan kepada siswa
yang suka mengganggu jika pada suatu saat tertangkap melakukan perbuatan yang
positif. Dapat pula kepada siswa yang bertingkah laku yang wajar.
- Keterampilan yang berkaitan dengan
pengembalian kondisi belajar yang optimal.
Keterampilan
ini berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan
dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakkan remedial untuk mengembalikan
kondisi belajar yang optimal.
Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru adalah:
a.
Memodifikasi tingkah laku, beberapa tingkah laku yang digunakan
untuk mengorganisasikan tingkah laku adalah:
1)
Merinti tingkah laku yang menimbulkan gangguan.
2)
Memilih norma yang realistis untuk tingkah laku yang menjadi tujuan
dalam program remedial
3)
Bekerja sama dengan rekan atau konselor
4)
Memilih tingkah laku yang akan diperbaiki, dan
5)
Memvariasikan pola penguatan yang tersedia misalnya dengan cara
meningkatkan tingah laku yang diinginkan dengan teknik tertentu, misalnya
penghapusan penguatan, memberi hukuman, membatalkan kesempatan, dan mengurangi
hak.
b.
Pengelola kelompok: pendekatan pemecahan masalah kelompok dapat
dikerjakan oleh guru sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi
masalah-masalah pengelolaan kelas. Keterampilan yang diperkukan antara lain:
1)
Memperlancar tugas
2)
Memelihara kegiatan kelompok
c.
Menemukan dan memecahka tingkah laku yang menimbulkan masalah
adalah seperangkat cara yang dapat dikerjakan, menurut marshall, adalah:
1)
Pengabaian yang direncanakan
2)
Campur tangan dengan isyarat
3)
Mengawasi dari dekat
4)
Menguasai perasaan yang mendasari terjadinya satu perbuatan yang
negatif
5)
Mengungkap perasaan siswa
6)
Memindahkan masalah yang bersifat mengganggu
7)
Menyusun kembali rencana belajar
8)
Menghilangkan ketegangan dengan homor
9)
Memindahkan penyebab gangguan
10)
Pengekangan fisik
11)
Pengasingan
- Hal-hal yang Harus Dihindari dalam Keterampilan
Mengelola Kelas
Beberapa
kekeliruan yang perlu dihindari dalam memperaktekkan keterampilan mengelola
kelas adalah:
- Campur tangan yang berlebihan, perbuatan
ini ditandai dengan komentar verbal guru yang berlebihan, yang “memaksakan
dirinya masuk” atau mencampuri secara tidak dikehendaki dalam kegiatan
peserta didik.
- Kelenyapan perbuatan yang menunjukkan
adanya kelenyapan dilihat pada tingkah laku guru yang gagal dalam
melengkapi suatu instruksi, sehingga penyajiannya menjadi terhenti untuk
beberapa saat, yang sifatnya menjadi mengganggu.
- Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri
kegiatan. Kekeliruan ini timbul bila guru memulai sesuatu aktivitas tanpa
mengakhiri secara tuntas aktivitas sebelumnya. Dapat pula dia menghentikan
kegiatan yang pertama dan memulai kegiatan yang berikutnya, kemudian
kembali lagi kepada kegiatan pertama.
- Penyimpangan, penyimpngan terjadi karena
guru sedemikian asyiknya membicarakan suatu kegiatan yang keluar dari
tujuan pelajaran.
- Bertele-tele, kesalahan ini terjadi karena
guru:
a.
Selalu mengulang-ulang hal tertentu
b.
Memperpanjang keterangan
c.
Mengubah sesuatu teguran yang sederhana menjadi ocehan yang
berkepanjangan.[3]
- Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok
kecil (Guiding Small Discussion)
Membimbing
diskusi kelompok berarti suatu proses yang teratur dengan melibatkan kelompok
peserta didik dalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan
berbagi informasi atau pengalaman mengambil keputusan. Drs. Muhammad Uzair
Usman mengatakan bahwa diskusi kelompok kecil adalah peserta didik berdiskusi
dalam kelompok-kelompok kecil di bawah pembinaan guru atau temannya untuk
berbagi informasi, pemecahan masalah atau pengambilan keputusan, dilaksanakan
dalam suasana terbuka. Diskusi ini harus ada dalam proses pembelajaran. Tidak
semua guru yang mampu melakukan diskusi dalam proses pembelajaran, justru itu
perlu latihan. Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam diskusi
kelompok kecil antara lain:
1.
Memusatkan perhatian peserta
didik pada tujuan dan topik diskusi pada tujuan dan topik diskusi. Kegiatannya
antara lain: merumuskan tujuan dan topik yang akan didiskusikan, mengemukakan
masalah, catat kesalahan yang menyimpang pada tujuan
2.
Memperluas masalah, intinya merangkum kembali permasalahan supaya
jelas, menjelaskan gagasan peserta didik dengan memberikan informasi yang
jelas.
3.
Menganalisis pendapat peserta didik, antara lain menganalisis
alasan yang dikemukakan memiliki dasar yang kuat, memperjelas hal-hal yang
telah disepakati.
4.
Meluruskan alur berpikir peserta didik, mencakup mengajukan
beberapa pertanyaan menentang siswa untuk berpikir, memberikan contoh-contoh
verbal, memberikan waktu untuk berpikir, dan memberi dukungan terhadap pendapat
peserta didik yang pernuh perhatian.
5.
Memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam diskusi, terkait
dengan memancing semangat berpikir peserta didik, memberikan kesempatan kepada
yang belum berbicara, mengatur jalannya sidang diskusi, dan mengomentari dengan
pendapat yang dikemukakan.
6.
Menutup diskusi, kegiatannya, membuat rangkuman hasil diskusi,
menindaklanjuti hasil diskusi, dan menilai hasil diskusi.[4]
Mengajar secara perorangan ialah kegiatan guru menghadapi hanya siswa
masing-masing mendapatkan kesempatan untuk bertatap muka dengan guru serta
memperoleh bantuan dan bimbingan secara perseorangan.
Setiap guru dapat menciptakan format pengorganisasian siswa untuk kegiatan
pembelajaran kelompok kecil dan perorangan sesuai dengan tujuan, topik
(materi), kebutuhan siswa, serta waktu dan fasilitas yang tersedia. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan perlu dikuasai
guru karena penerapannya dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa yang
berbeda-beda.
Komponen keterampilan mengajar
perorangan adalah keterampilan mengadakan pendekatan pribadi, yang
ditampilkan dengan cara:
1.
Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku siswa,
2.
Mendengarkan dengan penuh rasa simpati gagasan yang dikemukakan siswa,
3.
Merespon secara positif pendapat siswa,
4.
Membangun hubungan berdasarkan rasa saling mempercayai,
5.
Menunjukkan kesiapan untuk membantu,
6.
Menunjukkan kesediaan untuk menerima perasaan siswa dengan penuh
pengertian, serta
7.
Berusaha mengendalikan situasi agar siswa merasa aman, terbantu, dan mampu
menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya.
- Kelebihan dan Kelemahan Dalam Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
- Kelebihan
- Dalam proses
mengajar ini memungkinkan penyerapan pelajaran pada setiap siswa dapat
lebih maksimal.
- Guru dapat lebih
mudah melakukan pendekatan pada setiap masing-masing siswa sehingga guru
dapat memahami karakter masing-masing siswa, jadi guru lebih mudah
menentukan metode pembelajaran yang cocok untuk siswa.
- Kelemahan
- Pengembangan
informasi kurang luas karena keterbatasan siswa.
- Kurangnya motivasi
siswa dalam bersaing karena variasi karakter siswa terbatas.
- Kurangnya jiwa
social pada siswa.
Dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan, maka guru berperan sebagai:
- Organisator dalam
kegiatan belajar mengajar.
- Sumber informasi
bagi siswa.
- Pendorong siswa
untuk belajar (motivator).
- Pendiagnosaan
kesulitan siswa serta pemberian sesuai kebutuhan siswa.
- Penyediaan materi
dalam kesempatan belajar bagi siswa.
- Guru mempunyai hak
dan kewajiban yang sama dengan siswa.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar pengajara kelompok kecil dan
perorangan dapat terwujud adalah sebagai berikut.
- Ada hubungan yang
sehat dan akrab antara guru-siswa dan antar siswa.
- Siswa belajar
dengan kecepatan, kemampuan, cara, dan minat sendiri.
- Siswa mendapat
bentuan sesuai dengan kebutuhannya.
- Siswa
dilibatkandalam perencanaan belajar.
- Guru dapat
memainkan berbagai peran.
Dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan, guru perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
- Guru yang terbiasa
mengajar secara klasikal,sebaiknya mulai belajar mengajar dengan
menggunakan kelompok kecil dan kemudian perorangan.
- Tidak semua topic
dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil dan perorangan.
- Pengorganisasian
siswa, sumber materi serta waktu merupakan langkah pertama yang
diperhatikan guru.
- Kegiatan
pengajaran harus diakhiri dengan kulminasi.
- Dalam pengajaran
perorangan guru perlu mengenal sisswa secara pribadi.
Kelebihan mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah, penyerapan
pelajaran pada setiap siswa dapat lebih maksimal, guru dapat lebih mudah
melakukan pendekatan pada setiap masing-masing siswa sehingga guru dapat
memahami karakter masing-masing siswa, jadi guru lebih mudah menentukan metode
pembelajaran yang cocok untuk siswa.
Sedangkan kelemahannya adalah, pengembangan informasi kurang luas karena
keterbatasan siswa, kurangnya motivasi siswa dalam bersaing karena variasi
karakter siswa terbatas, kurangnya jiwa sosial pada siswa.[5]
[2] Drs. Ahmad Rohani HM.,
M.Pd, Pengelolaan Pembelajaran, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2010),
hal.145-147
[3] Drs. Zainal Asril, M.Pd,
Micro Teaching, (Jakarta: PT. Rajagrafindo persada, 2010),
hal.72-72, cet.2
[5]Didik Cahyono,
Keterampilan mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan, https://areknerut.wordpress.com/2013/01/01/1018/ diakses
pada tanggal 04 Oktober 2016 pukul 03.59
Tidak ada komentar:
Posting Komentar