Rabu, 25 April 2018

Class Room Management


MAKALAH
KEDUDUKAN DAN PERAN PENDIDIKAN SENI DALAM SISTEM DAN KURIKULUM PENDIDIKAN
Dosen Pembimbing: Hikmatu Ruwaida,M.Pd













Disusun Oleh:
DITA


JURUSAN PENDIDIKAN MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN
 STIQ AMUNTAI
2017






BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Seorang guru profesional telah mengikuti beberapa pelatihan yang berkaitan dengan keterampilan dasar mengajar. Dalam keterampilan dasar mengajar tersebut ada 8 keterampilan yang dapat digunakan guru selama proses belajar mengajar yaitu; keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, ketrampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.
Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin menjadi seorang guru yang profesional, jadi disamping dia harus menguasai substansi bidang studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dia dalam proses belajar mengajar.
Dengan perkembangan teknologi yang akhir-akhir semakin pesat, seorang guru dituntut untuk lebih menambah kualitas ilmu dengan banyak belajar dari berbagai sumber ilmu yang dimiliki oleh guru harus diajarkan kepada siswa dengan keterampilan mengajar yang baik. Selain pengetahuan ilmu yang harus ditambah, guru juga penting menguasai beberapa keterampilan mengajar, karena betapapun tingginya ilmu yang dimiliki oleh seorang guru itu, jika tidak menguasai keterampilan mengajar, maka akan sulit bagi seorang siswa menyerap ilmu yang diberikan oleh guru terseb ut. Pada kenyataannya dewasa ini banyak para guru yang mengajar dengan pola tradisional dan mengabaikan keterampilan-keterampilan yang sangat mendasar ini.
Salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang guru adalah ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Dalam kelompok kecil maupun perorangan akan terjadi hubungan interpersonal yang sehat dan akrab antara guru-siswa, maupun antara siswa dan siswa.
Dalam hal ini kami berusaha menjelaskan pembahasan tentang keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Hal ini dimaksudkan agar para guru dapat bekerja dengan professional sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
  1. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara mengelola kelas ?
2.      Apa saja komponen dalam keterampilan dalam mengelola kelas ?
3.      Apa saja hal-hal yang harus dihindari dalam pengelolaan kelas ?
4.      Apa maksud keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dan perorangan ?
5.      Apa saja kelebihan dan kelemahan dalam mengajar kelompok kecil dan Perorangan ?
  1. Tujuan
1.      Mengetahui Bagaimana cara mengelola kelas ?
2.      Mengetahui komponen dalam keterampilan mengelola kelas
3.      Mengetahui hal-hal yang harus di hindari dalam pengelolaan kelas
4.      Mengetahui keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dan perorangan
5.      Mengetahui kelebihan dan kelemahan dakam mengajar kelompo kecil dan perorangan.

BAB II
PEMBAHASAN
  1. Keterampilan Mengelola Kelas (Class Room Management)
Pengelolaan kelas ditinjau dari paham lama dan paham baru adalah sebagai berikut:
Paham lama           : pengelolaan kelas ialah memepertahankan ketertiban kelas.
Paham baru           : pengelolaan kelas ialah proses seleksi dan menggunakan alat-alat yang tepat  terhadap problem dan situasi pengelolaan kelas. Guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem/organisasi kelas. Sehingga individu dapat memanfaatkan kemampuannya, bakatnya, dan energinya pada tugas-tugas individual.[1]
Tugas guru di dalam kelas sebagian besar adalah membelajarkan peserta didik dengan menyelidiki kondisi belajar yang optimal. Kondisi belajar yang optimal dapat dicapai jika guru mampu mengatur peserta didik dan sasaran pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peraturan yang berkaitan dengan penyampaian pesan pengajaran (instruksional) atau dapat pula berkaitan dengan penyediaan kondisi belajar (pengelolaan kelas). Bila peraturan kondisi dapat dikerjakan secara optimal, maka proses belajar berlangsung secara optimal pula, tetapi bila tidak dapat disediakan secara optimal, tentu saja akan menimbulkan gangguan terhadap belajar mengajar.
Gangguan dapat bersifat sementara sehingga perlu dikembalikan ke dalam iklim belajar yang serasi (kemampuan kedisiplinan), akan tetapi gangguan dapat pula bersifat cukup serius dan terus-menerus sehingga diperlukan kemampuan meremedial. Disiplin itu sendiri sebenarnya merupakan akibat dari pengelolaan kelas yang efektif.
suatu kondisi belajar yang optimal dapat terapai bila guru mampu mengatur siswa dan saran pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang sangat menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hubungan interpersonal yang baik antara guru dan peserta didik. Pengelolaan yang efektif merupakan persyaratan  bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif.
Keterampilam mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.
  1. Masalah Pengelolaan Kelas
Masalah pengelolaan kelas dapat di kelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Mekipun seringkali perbedaan antara kedua kelompok itu hanya merupakan perbedaan tekanan saja. Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi penanggulangan yang tepat pula.
Menurut Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel membedakan empat kelompok masalah pengelolaan kelas individual yang didasarkan asumsi bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan keputusan untuk untuk diterima kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Bila kebutuhan-kebutuhan ini tidak lagi dapat dipenuhi melalui cara-cara lain. Dengan kata lain, dia akan berbuat “tidak baik”. Perbuatan-perbuatan untuk mencapai tujuan dengan cara yang asosial sebagai berikut :
  1. Tingkah laku yang ingin mendapatkan orang lain (attention getting behaviors). Misalnya membadut di kelas (aktif), atau dengan membuat serba lamban sehingga perlu mendapat pertolongan eksytra (pasif).
  2. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking behaviors). Misalnya selalu mendebat atau kehilangan kendali emosional-marah,menangis (aktif), atau selalu “lupa” pada aturan-aturan penting di kelas.
  3. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors). Misalnya menyakiti orang lain seperti mengantai, memukul, mengigit, dan sebagainya (sekelompok ini tampaknya kebanyakan dalam bentuk aktif/pasi).
  4. Peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sma sekali menolak untuk mencoba melakukan apapun karena yakin bahwa hanya kegiatan yang menjadi bagiannya.
Dreikurs dan Cassel menyarankan sebagai berikut apabila seorang guru merasa terganggu oleh perbuatan seorang peserta didik, maka kemungkinan peserta didik yang bersangkutan ada pada tahap attention-getting. Bila guru merasa tersinggung atau terluka hati, maka kemungkinan pelakunya ada pada tahap revengeve-seeking. Dan akirnya, bila guru merasa bener-bener tidak mampu berbuat apa-apa lagi dalam menghadapi tingkah laku peserta didik , maka kemungkinan yang dihadapinya adalah perasaan ketidakmampuan.
Lois V. Johnson dan Mary A. Bany mengemukakan enam kategori masalah kelompok dalam pengelolaan kelas sebagai berikut :
  1. Kelas kurang kohesif. Misalnya perbedaan kelas kelamin, suku, dan tingkatan sosial-ekonomi, dan sebagainya.
  2. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya. Misalnya mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni suara menyayi dengan suara sumbang.
  3. “Membesarkan” hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok. Misalnya pemberian semangat kepada badut kelas.
  4. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
  5. Semangat kerja rendah. Misalnya semacam aksi protes kepada guru karena menganggap tugas yang diberikan kurang adil.
  6. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru. Misalnya gangguan jadwal atau guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain.
Tidak perlu ditekankan lebih kuat lagi bahwa setiap macam masalah memerlukan penanganan yang berbeda. Selanjutnya, sasaran penanganan masalh individual adalah individu pelaku pelanggaran. Sebaliknya didalam masalah kelompok maka tindakan korektif harus ditunjukan kepada kelompok diagnosis yang keliru pula.
  1. Usaha Preventif Masalah Pengelolaan kelas
Tindakan pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan oleh guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan yaitu jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi emosional sehingga tersa benar oleh peserta didik rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar. Tindakamn lain dapat berupa tindakan korektif terhadap tingkah laku peserta didik yang menyimpang dan merusak kondisi optimal bagi proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.
Deminsi korektif dapat terbagi dua yaitu tindakan yang seharusnya segera diambil guru pada saat terjadi gangguan 9deminsi tindakan) dan tindakan penyembuhan terhadap tingkah laku yang menyimpang yang terlanjur terjadi agar penyimpangaan tidak berlarut-larut. Deminsi pencegahan dapat merupakan guru dalam mengatur lingkungan belajar, mengatur peralatan.[2]
  1. Penggunaan Kelas
Penggunaan komponen dalam kelas mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
1.    Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah laku.
2.    Membantu siswa untuk mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan, dan bukan kemarahan.
3.    Menimbulkan rasa kewajiban melihat diri dalam tugas seta bertingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelas.
  1. Komponen Keterampilan Mengelola Kelas
Komponen keterampilan mengelola kelas adalah sebagai berikut :
1.      Kehangatan dan keantusiasan
2.      Penggunaan bahan yang menantang akan meningkatkan gairah belajar siswa
3.      Perlu dipertimbangkan penggunaan variasi media, gaya mengajar dan pola interaksi
4.      Diperlukan keluwesan tingkah laku guru dalam mengubah strategi mengajarnya  untuk mencegah gangguan yang timbul.
5.      Penekanan hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal negatif
6.      Mendorong siswa untuk mengembangkan disiplin diri sendiri dengan cara memberi contoh dalam perbuatan guru sehari-hari.
Keterampilan mengelola kelas dibedakan menjadi dua, yaitu:
  1. Keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.
a.       Menunjukkan sikap yang tanggap, melalui perbuatan sikap tanggap ini siswa merasakan bahwa “guru hadir bersama mereka” dan “tahu apa yang mereka perbuat”. Kesan ini dapat ditunjukkan dengan cara memandang kelas secara seksama, gerak mendekati, memberikan pertanyaan, dan memberi reaksi terhadap gangguan serta kekacawan siswa.
b.      Membagi perhatian; pengelolaan kelas yang efektif ditandai dengan pembagian perhatian yang efektif pula. Perbuatan membagian perhatian dapat dikerjakan secara visual dan verbal. Memusatkan perhatian kelompok perbuatan ini penting untuk mempertahankan perhatian siswa dari waktu ke waktu dan dapat dilaksanakan dengan cara menyiagakan siswa, menuntut tanggung jawab siswa.
c.       Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas.
d.      Menegur. Teguran verbal yang efektif harus memenuhi persyaratan sebagai berikut;
1)      Tegas, jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu dan tingkah laku yang dihentikan
2)       Menghindari peringatan yang kasar atau yang mengandung penghinaan
3)      Menghindari ocehan yang berkepanjangan.
e.       Memberi penguatan; pemberi penguatan dapat dilakakan kepada siswa yang suka mengganggu jika pada suatu saat tertangkap melakukan perbuatan yang positif. Dapat pula kepada siswa yang bertingkah laku yang wajar.
  1. Keterampilan yang berkaitan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.
Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakkan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru adalah:
a.       Memodifikasi tingkah laku, beberapa tingkah laku yang digunakan untuk mengorganisasikan tingkah laku adalah:
1)      Merinti tingkah laku yang menimbulkan gangguan.
2)      Memilih norma yang realistis untuk tingkah laku yang menjadi tujuan dalam program remedial
3)      Bekerja sama dengan rekan atau konselor
4)      Memilih tingkah laku yang akan diperbaiki, dan
5)      Memvariasikan pola penguatan yang tersedia misalnya dengan cara meningkatkan tingah laku yang diinginkan dengan teknik tertentu, misalnya penghapusan penguatan, memberi hukuman, membatalkan kesempatan, dan mengurangi hak.
b.      Pengelola kelompok: pendekatan pemecahan masalah kelompok dapat dikerjakan oleh guru sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi masalah-masalah pengelolaan kelas. Keterampilan yang diperkukan antara lain:
1)      Memperlancar tugas
2)      Memelihara kegiatan kelompok
c.       Menemukan dan memecahka tingkah laku yang menimbulkan masalah adalah seperangkat cara yang dapat dikerjakan, menurut marshall, adalah:
1)      Pengabaian yang direncanakan
2)      Campur tangan dengan isyarat
3)      Mengawasi dari dekat
4)      Menguasai perasaan yang mendasari terjadinya satu perbuatan yang negatif
5)      Mengungkap perasaan siswa
6)      Memindahkan masalah yang bersifat mengganggu
7)      Menyusun kembali rencana belajar
8)      Menghilangkan ketegangan dengan homor
9)      Memindahkan penyebab gangguan
10)  Pengekangan fisik
11)  Pengasingan
  1. Hal-hal yang Harus Dihindari dalam Keterampilan Mengelola Kelas
Beberapa kekeliruan yang perlu dihindari dalam memperaktekkan keterampilan mengelola kelas adalah:
  1. Campur tangan yang berlebihan, perbuatan ini ditandai dengan komentar verbal guru yang berlebihan, yang “memaksakan dirinya masuk” atau mencampuri secara tidak dikehendaki dalam kegiatan peserta didik.
  2. Kelenyapan perbuatan yang menunjukkan adanya kelenyapan dilihat pada tingkah laku guru yang gagal dalam melengkapi suatu instruksi, sehingga penyajiannya menjadi terhenti untuk beberapa saat, yang sifatnya menjadi mengganggu.
  3. Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan. Kekeliruan ini timbul bila guru memulai sesuatu aktivitas tanpa mengakhiri secara tuntas aktivitas sebelumnya. Dapat pula dia menghentikan kegiatan yang pertama dan memulai kegiatan yang berikutnya, kemudian kembali lagi kepada kegiatan pertama.
  4. Penyimpangan, penyimpngan terjadi karena guru sedemikian asyiknya membicarakan suatu kegiatan yang keluar dari tujuan pelajaran.
  5. Bertele-tele, kesalahan ini terjadi karena guru:
a.       Selalu mengulang-ulang hal tertentu
b.      Memperpanjang keterangan
c.       Mengubah sesuatu teguran yang sederhana menjadi ocehan yang berkepanjangan.[3]
  1. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok kecil (Guiding Small Discussion)
Membimbing diskusi kelompok berarti suatu proses yang teratur dengan melibatkan kelompok peserta didik dalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagi informasi atau pengalaman mengambil keputusan. Drs. Muhammad Uzair Usman mengatakan bahwa diskusi kelompok kecil adalah peserta didik berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil di bawah pembinaan guru atau temannya untuk berbagi informasi, pemecahan masalah atau pengambilan keputusan, dilaksanakan dalam suasana terbuka. Diskusi ini harus ada dalam proses pembelajaran. Tidak semua guru yang mampu melakukan diskusi dalam proses pembelajaran, justru itu perlu latihan. Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam diskusi kelompok kecil antara lain:
1.       Memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi pada tujuan dan topik diskusi. Kegiatannya antara lain: merumuskan tujuan dan topik yang akan didiskusikan, mengemukakan masalah, catat kesalahan yang menyimpang pada tujuan
2.      Memperluas masalah, intinya merangkum kembali permasalahan supaya jelas, menjelaskan gagasan peserta didik dengan memberikan informasi yang jelas.
3.      Menganalisis pendapat peserta didik, antara lain menganalisis alasan yang dikemukakan memiliki dasar yang kuat, memperjelas hal-hal yang telah disepakati.
4.      Meluruskan alur berpikir peserta didik, mencakup mengajukan beberapa pertanyaan menentang siswa untuk berpikir, memberikan contoh-contoh verbal, memberikan waktu untuk berpikir, dan memberi dukungan terhadap pendapat peserta didik yang pernuh perhatian.
5.      Memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam diskusi, terkait dengan memancing semangat berpikir peserta didik, memberikan kesempatan kepada yang belum berbicara, mengatur jalannya sidang diskusi, dan mengomentari dengan pendapat yang dikemukakan.
6.      Menutup diskusi, kegiatannya, membuat rangkuman hasil diskusi, menindaklanjuti hasil diskusi, dan menilai hasil diskusi.[4]
Mengajar secara perorangan ialah kegiatan guru menghadapi hanya siswa masing-masing mendapatkan kesempatan untuk bertatap muka dengan guru serta memperoleh bantuan dan bimbingan secara perseorangan.
Setiap guru dapat menciptakan format pengorganisasian siswa untuk kegiatan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan sesuai dengan tujuan, topik (materi), kebutuhan siswa, serta waktu dan fasilitas yang tersedia. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan perlu dikuasai guru karena penerapannya dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa yang berbeda-beda.
Komponen keterampilan mengajar  perorangan adalah keterampilan mengadakan pendekatan pribadi, yang ditampilkan dengan cara:
1.         Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku siswa,
2.         Mendengarkan dengan penuh rasa simpati gagasan yang dikemukakan siswa,
3.         Merespon secara positif pendapat siswa,
4.         Membangun hubungan berdasarkan rasa saling mempercayai,
5.         Menunjukkan kesiapan untuk membantu,
6.         Menunjukkan kesediaan untuk menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian, serta
7.         Berusaha mengendalikan situasi agar siswa merasa aman, terbantu, dan mampu menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya.
  1. Kelebihan dan Kelemahan Dalam Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
  • Kelebihan
  1. Dalam proses mengajar ini memungkinkan penyerapan pelajaran pada setiap siswa dapat lebih maksimal.
  2. Guru dapat lebih mudah melakukan pendekatan pada setiap masing-masing siswa sehingga guru dapat memahami karakter masing-masing siswa, jadi guru lebih mudah menentukan metode pembelajaran yang cocok untuk siswa.
  • Kelemahan
  1. Pengembangan informasi kurang luas karena keterbatasan siswa.
  2. Kurangnya motivasi siswa dalam bersaing karena variasi karakter siswa terbatas.
  3. Kurangnya jiwa social pada siswa.
Dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan, maka guru berperan sebagai:
  1. Organisator dalam kegiatan belajar mengajar.
  2. Sumber informasi bagi siswa.
  3. Pendorong siswa untuk belajar (motivator).
  4. Pendiagnosaan kesulitan siswa serta pemberian sesuai kebutuhan siswa.
  5. Penyediaan materi dalam kesempatan belajar bagi siswa.
  6. Guru mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan siswa.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar pengajara kelompok kecil dan perorangan dapat terwujud adalah sebagai berikut.
  1. Ada hubungan yang sehat dan akrab antara guru-siswa dan antar siswa.
  2. Siswa belajar dengan kecepatan, kemampuan, cara, dan minat sendiri.
  3. Siswa mendapat bentuan sesuai dengan kebutuhannya.
  4. Siswa dilibatkandalam perencanaan belajar.
  5. Guru dapat memainkan berbagai peran.
Dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan, guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  1. Guru yang terbiasa mengajar secara klasikal,sebaiknya mulai belajar mengajar dengan menggunakan kelompok kecil dan kemudian perorangan.
  2. Tidak semua topic dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil dan perorangan.
  3. Pengorganisasian siswa, sumber materi serta waktu merupakan langkah pertama yang diperhatikan guru.
  4. Kegiatan pengajaran harus diakhiri dengan kulminasi.
  5. Dalam pengajaran perorangan guru perlu mengenal sisswa secara pribadi.
Kelebihan mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah, penyerapan pelajaran pada setiap siswa dapat lebih maksimal, guru dapat lebih mudah melakukan pendekatan pada setiap masing-masing siswa sehingga guru dapat memahami karakter masing-masing siswa, jadi guru lebih mudah menentukan metode pembelajaran yang cocok untuk siswa.
Sedangkan kelemahannya adalah, pengembangan informasi kurang luas karena keterbatasan siswa, kurangnya motivasi siswa dalam bersaing karena variasi karakter siswa terbatas, kurangnya jiwa sosial pada siswa.[5]


[1] Dr. Made Pidarta, Pengelolaan Kelas, (Surabaya, Usaha Nasional), hal.11
[2] Drs. Ahmad Rohani HM., M.Pd, Pengelolaan Pembelajaran, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2010), hal.145-147
[3] Drs. Zainal Asril, M.Pd, Micro Teaching, (Jakarta: PT. Rajagrafindo persada, 2010), hal.72-72, cet.2
[4] Drs. Zainal Asril, M.Pd, . . . . . . . . .  hal. 79-80
[5]Didik Cahyono, Keterampilan mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan, https://areknerut.wordpress.com/2013/01/01/1018/ diakses pada tanggal 04 Oktober 2016 pukul 03.59

Tidak ada komentar:

Posting Komentar